PARA penghafal Kitab Alfiyah Ibnu Malik Pon Pes. Al Mukhtar Adipala ini boleh jadi merupakan
bagian dari generasi "langka" di dunia. Pada saat arus modernitas
menerjang deras, para santri putra-putri di Pondok Pesantren Al Mukhtar Adipala Cilacap ini sanggup menghafalkan Kitab Alfiyah Ibnu Malik.
Menghafalkan kitab yang berisi lebih dari 1.000 bait, tentu bukanlah
pekerjaan yang mudah. Untuk dapat menguasai seluruh kandungannya, seorang
santri paling tidak harus membacanya berulang-ulang, mengingat berkali-kali,
dan memahaminya.
Alfiyah angkatan ke-4 //2013 |
"Butuh waktu dua tahun untuk bisa khatam Kitab Alfiyah,"
kata Uswatun Khasanah, seorang santri setelah acara khataman, Sabtu malam
(29/5). Bersama 21 santri lain, malam itu santri yang kerap dipanggil Uus mengumandangkan baris-baris
yang sarat dengan ajaran tata bahasa.
Kitab Alfiyah boleh disebut sebagai kitab kunci, karena kitab
itu mengajarkan ilmu membaca kitab yang lain.
"Kalau santri khatam dan paham isi kitab Alfiyah, insya Allah
dia bisa membaca kitab bertuliskan huruf hijaiyah tanpa harakat,"
tutur Lina, seorang santri lainnya.
Sebut saja pada bagian awal, Kitab Alfiyah mengajarkan tentang
definisi kalimat, dan pembagian kalimat. Berikutnya disebutkan perubahan
akhir kalimat akibat menerima harakat tanwin.
Berjuang Melawan Lupa
Perjuangan manusia yang paling berat adalah perjuangan melawan
lupa. Sebab, lupa adalah kodrat manusia. Namun, santri-santri berusia belasan
tahun itu membuktikan, segala godaan akan melebur menjadi semangat jika
manusia mau membersihkan hati dan pikiran.
"Setiap kali menghafalkan baris-baris dalam Kitab Alfiyah,
selalu saja ada godaan yang menghampiri. Namun, segala godaan itu sirna
kalau kita melawannya dengan niat yang kuat," ucap gadis yang nyantri
bersama saudara kembarnya itu.
Bagi santri seusia mereka, puasa adalah sebentuk latihan memerangi
godaan yang sering hinggap. Santri-santri itu juga punya trik khusus agar
cepat mempelajari kalimat-kalimat yang dihafalkan. Biasanya, santri putri
belajar di pagi buta, menjelang shalat subuh.
Ketabahan hati, keikhlasan niat pun diuji, dan sesekali harus diasah selama bertahun-tahun. Ketika sampai pada waktunya, mereka yang berhasil melawan godaan pun merasa wajib mengucap syukur.
Ketabahan hati, keikhlasan niat pun diuji, dan sesekali harus diasah selama bertahun-tahun. Ketika sampai pada waktunya, mereka yang berhasil melawan godaan pun merasa wajib mengucap syukur.
"Alhamdulillah, beberapa di antara santri bisa hafal," ujar
KH Ahmad Tamam, pengasuh Yayasan Al Mukhtar Adipala Cilacap. "Semoga
anak-anakku dapat menjadi penerus dan penerang jalan bagi generasi mendatang."
Rasanya tak berlebihan, di tengah hiruk-pikuk duniawi yang semakin
sulit dibendung, pembicara memberikan petuahnya. Zaman saiki iku zamane
wis mbleret/ umpama srengenge iku wayah arep surup// Zamane ora padhang
meneh/ sebabe ati saya peteng// Mula iku butuh pepadhang dalan/ kanthi
ngelmu kalamullah// (Emka)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan baik. Untuk kemajuan bersama