PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN SAPI
POTONG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kwalitas Sumber Daya Manusia
(SDM ) dan menjaring kesempatan untuk menuntaskan pendidikan sehingga program
Wajar Dikdas 9 Tahun bisa tercapai dengan baik termasuk didaerah terpencil
seperti di daerah Penggalang yang secara finansial sangat kekurangan.
Selanjutnya Pondok Pesantren sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional
serta mitra pemerintah terus ditingkatakan agar lebih berperandan lebih
bertanggung jawab dalam upaya peningkatan kualitas serta perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dengan tetap mengindahkan ciri
khasnya, serta memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar dilaksanakan melalui program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Dalam rangka mensukseskan Wajar Dikdas
9 Tahun dan peningkatan mutu pendidikan dengan menitik beratkan pada kompetensi
berbasis Sekolah. Maka sangat perlu diadakan Peningkatan SDM Santri dengan
didukung oleh sarana dan prasarana di Asrama yang memadai. Mengingat besarnya
jumlah santri/anak asuh dan keterbatasan asrama sebagai tempat tinggal para
santrimaka kami berupaya untuk menambah jumlah asrama yang telah ada dan dana pembangunan
yang dibutuhkan sangat besar serta terbatasnya kemampuan Yayasan, maka kami bermaksud untuk mengajukan permohonan Usaha Mandiri.
Usaha
penggemukan sapi potong merupakan salah satu peluang usaha yang prospektif yang
dapat dikembangkan di kabupaten Subang. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin
meningkatnya kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia dari tahun
ke tahun, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan rata-rata kualitas
hidup masyarakat serta semakin tingginya kesadaran dari masyarakat untuk
mengkonsumsi pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup.
Usaha penggemukan sapi potong
juga relevan dengan upaya pelestarian sumberdaya lahan. Kotoran sapi yang
diperoleh selama masa penggemukan, selain volumenya yang cukup besar juga
memiliki berbagai kandungan senyawa dan mikroorganisme yang dapat
digunakan untuk memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah. Dalam tinjauan makro,
pengembangan usaha penggemukan sapi juga merupakan salah satu upaya penghematan
devisa. Pengembangan usaha penggemukan sapi merupakan salah satu upaya
substitusi impor. Dengan demikian usaha penggemukan sapi sangat layak dalam
tinjauan mikro, dan sangat terpuji dalam pandangan makro.
Beberapa
jenis sapi yang biasa digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi
potong di Indonesia adalah :
- Sapi Ongole
Cirinya
berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan
berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi
Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi
Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
- Sapi Bali
Cirinya
berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada
pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini
dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
- Sapi Brahman
Cirinya
berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya
pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
- Sapi Madura
Mempunyai
ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna
putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya
pertambahan berat badan rendah.
- Sapi Limousin
Mempunyai
ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat
warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat
produksi yang baik
Visi dan Misi
Visi dan misi rencana usaha penggemukan ternak sapi potong :
- Melalui pola kemitraan antara
manajemen, investor, dan petani ternak diharapkan dapat terjalin kerjasama
yang kuat sehingga tujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama bagi para petani ternak dapat tercapai.
- Memanfaatkan sumber daya alam
yang dimiliki Kabupaten Subang pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya seoptimal dan seefisien mungkin untuk mengembangkan usaha ternak
penggemukan sapi potong.
- Meningkatkan populasi dan
produksi ternak dalam upaya pemenuhan kebutuhan produksi ternak khususnya
di jawa Barat.
ANALISIS
PASAR
Target Pasar
Potensi
usaha ternak sapi cukup menyebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Pasar
yang paling potensial untuk daging sapi adalah kota-kota besar seperti Bandung,
Jakarta, dan wilayah Bodetabek. Namun demikian jumlah produksi tersebut masih
belum memenuhi permintaan untuk pasar lokal sekalipun. Sehingga dalam rencana
usaha ternak penggemukan sapi potong ini ditargetkan untuk mengisi kebutuhan
pasar lokal Subang.
Kebutuhan dan Proyeksi Pasar
Peluang
peningkatan bisnis ternak sapi untuk pasar domestik sangat terbuka luas. Ternak
sapi secara periodik memiliki permintaan yang tinggi yaitu menjelang Hari Raya
Kurban. Selain itu ternak sapi juga dapat dikembangkan untuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi daging harian.
Produk
ikutan dalam usaha penggemukan sapi diluar daging adalah kulit. Permintaan
kulit sebagai bahan baku aneka kerajinan dan bahan asesoris pakaian memiliki
kecenderungan yang terus meningkat. Ada beberapa pengrajin kulit di Garut
misalnya, terpaksa gulung tikar karena kesulitan memperoleh kulit sebagai bahan
baku usahanya.
ANALISIS
KEUANGAN
Asumsi Keuangan
- Usaha dirancang untuk
menghasilkan 20 ekor sapi PO ( peranakan ongole) setiap periode
penggemukan.
- Satu ekor sapi membutuhkan luas
kandang individual 4 m2, sehingga luas kandang yang dibutuhkan
80 m2 (biaya 1 m2 = Rp 250.000,00),
Total
biaya pembuatan kandang Rp 20.000.000,00.
Dengan
masa pakai 10 tahun maka biaya penyusutan per tahun = Rp
2.000.000,00
atau
per 90 hari masa penggemukan = Rp. 500.000,00
- Sapi digemukan selama 90 hari.
Berat awal sapi bakalan rata-rata 300 kg dengan harga per kg
Rp. 17.000,00.
Pertambahan
berat badan harian yang diinginkan adalah 0.5 kg per hari, sehingga berat akhir
sapi setelah masa penggemukan 90 hari adalah 345 kg.
Maka
total pendapatan adalah 20 ekor x 345 x Rp. 17.000,00
= Rp.117.300.000,00
- Setiap sapi menghasilkan 10 kg
kotoran, sehingga selama periode penggemukan 90 hari seekor sapi
menghasilkan 900 kg kotoran dengan harga per kg Rp. 200.
Total
pendapatan dari hasil penjualan kotoran sapi 20 ekor x 900 kg x Rp 200,00
= 3.600.000,00
Rencana Investasi
Hasil
analisis asumsi keuangan usaha ternak sapi potong volume 20 ekor periode
produksi 90 hari dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
NO
|
URAIAN
|
SATUAN UNIT
|
VOLUME
|
HARGA / UNIT (Rp)
|
NILAI (Rp)
|
1.
|
Pembuatan Kandang
|
Meter
|
80
|
250.000
|
20.000.000
|
2.
|
Pembelian Sapi Bakalan
|
Ekor
|
20
|
5.100.000
|
102.000.000
|
3.
|
Pakan Konsentrat
|
Kg
|
1800
|
1.000
|
1.800.000
|
4.
|
Pakan Hijauan
|
Kg
|
54.000
|
100
|
5.400.000
|
5.
|
Obat-Obatan
|
botol
|
20
|
50.000
|
1.000.000
|
Total
|
130.200.000
|
Proyeksi Laba Rugi / 90 hari masa penggemukan
No.
|
INVESTASI
|
JUMLAH (Rp)
|
Biaya Tetap
|
||
1.
|
Penyusutan Kandang
|
500.000,00
|
2.
|
Penyusutan Peralatan
|
200.000,00
|
Biaya Variabel /Produksi
|
||
1.
|
Pembelian sapi bakalan
|
102.000.000,00
|
2.
|
Pakan konsentrat
|
1.800.000,00
|
3.
|
Pakan hijauan
|
5.400.000,00
|
Biaya lain-lain
|
||
1.
|
Biaya listrik & Telpon
|
300.000,00
|
2.
|
Transportasi
|
500.000,00
|
Total biaya produksi
|
110.700.000,00
|
|
Pendapatan
|
||
1.
|
Penjualan sapi hasil penggemukan
|
117.300.000,00
|
2.
|
Penjualan kotoran sapi
|
3.600.000,00
|
Total Pendapatan
|
120.900.000,00
|
|
Proyeksi
laba / rugi (keuntungan)
|
10.200.000,00
|
Sistem
bagi hasil sebesar 70 : 30 dengan perbandingan 70 % untuk peternak
(plasma) dan 30% untuk pemerintah daerah (inti). Maka keuntungan yang diperoleh
yaitu :
- Pemda sebesar
30% x Rp 10.200.000,00
= Rp 3.060.000,00
- Peternak sebesar 70% x Rp
10.200.000,00
= Rp 7.140.000,00
Berdasarkan data-data diatas dimana
jumlah konsumsi penduduk provinsi inisangatlah
besar yaitu 18.650.631 setahunnya untuk memenuhi kebutuhan tersebutProvinsi
Jambi masih mendatangkan pasokan sapi dari luar yaitu sebanyak 19.628
ekor sapi, yang berarti peluang pasar
yang masih sangat besar dan layak untuk dimanfaatkan
Analisi SWOT
·
Untuk
mendirikan suatu usaha penting untuk mengetahui aspek –aspek yangmempengaruhi usaha tersebut.
Aspek-aspek tersebut adalah aspek strength (kekuatan),aspek weakness
(kelemahan), aspek opportunities (peluang pasar), dan aspek threath(ancaman).
a.Aspek
strength (kekuatan)-usaha budidaya sapi secara garis besar tidak lah sulit-Kelurahan Eka
Jaya memeiliki sarana yang mendukung untuk mendirikan usahatersebut, sarana akses transportasi,
listrik, telekomunikasi sumber daya manusia(dengan mengikutsertakan santri
sebagai tenaga pengelolanya), akses keuangan perbankan
karena berada daerah perkotaan kota jambi.-Dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Jambi yang besar terhadap pengembangan budidaya sapi didaerahnya.-Harga jualnya yang stabil daripada ternak lain
dan cendrung terus meningkat. b.Aspek
weaknes (kelemahan)-Terbatasnya
ketersediaan bibit ternak dan atau bakalan ternak -Belum adanya pabrik makanan ternak.c.Aspek opportunities (peluang)-Cultur atau budaya
masyarakat Jambi yang terus berkembang mengolah dagingmenjadi beraneka makanan seperti rendang dalam
pola makan kesehariannya.-Untuk
mencukupi permintaan pasar daging konsumsi masyarakat Jambi sebagian besar
masih didatangkan dari luar Provinsi Jambi khususnya daging ternak
besar (60%)-Konsumsi perkapita perhari
baru mencapai 8,74 Kg (84,85%) untuk daging(sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jambi)d.Aspek threath (ancaman)Ancaman
yang akan selalu ada pada usaha peternakan adalah serangan wabah penyakit dan harga pakan kosentrat yang
kurang stabil
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan baik. Untuk kemajuan bersama